-->

Sabtu, 03 Desember 2016

PERBEDAAN FAKTA SOSIAL DURKHEIM DAN STRUKTURASI GIDDENS

STRUKTURASI (Proses terbentuknya sebuah struktur)

“Strukturasi adalah teori social yang berupaya mengintegrasikan/ mengawinkan/ menyatukan agen dengan struktur . Agen secara sederhana bisa kita pahami sebagai individu maupun kelompok terorganisir, organisasi, dan bangsa (Burns, 1986). Sementara struktur merujuk ke tingkat makro, yaitu sistem sosial rules (norma) dan source (sumber daya)  berskala besar.”

PARADIGMA FAKTA SOSIAL
(TEORI STRUK-FUNGSIONAL)
PARADIGMA PERILAKU SOSIAL
TEORI STRUKTURASI

Eksternal
Koersif (Memaksa)
Menyebar (general)

Watak agensi tidak penting
Stuktur menentukan watak individu
Struktur constrain (mengekang)

Individu taat buta terhadap tindakannya
Semua harus sesuai perannya
Sistem social punya kebutuhan harus dipenuhi AGIL
Tidak melibatkan dimensi ruang dan waktu, seperti apa yang tetap dan berubah
Berisfat dualisme antara agen dan struktur

Bersifat dualitas antara agen dan struktur
Hubungan agen dan struktur dialog bukan monolog
Agen pelaku yang mampu memproduksi tindakan-tindakan yang tidak selalu berasal dari struktur

Struktur meberdayakan (enabling)
Struktur dapat dimaknai objektif maupun subjektif
Agen memiliki 3 kesadaran dalam tindakanya

Ruang dan waktu menentukan bagaimana suatu perilaku sosial terjadi
Agen dapat berubah menjadi isntitusi
Terciptanya hubungan Struktur dan agen itu ada karena praktik sosial
  

Teori strukturasi merupakan teori yang menepis dualism (pertentangan) dan mencoba mencari likage atau pertautan setelah terjadi pertentangan tajam antara struktur fungsional dengan konstruksionismefenomenologis (agen). Giddens tidak puas dengan teori pandangan yang dikemukakan oleh struktural-fungsional, yang menurutnya terjebak pada pandangan naturalistik. Pandangan naturalistik mereduksi actor (agen) dalam stuktur, kemudian sejarah dipandang secara mekanis, dan bukan suatu produk kontengensi dari aktivitas agen. Tetapi Giddens juga tidak sependapat dengan konstruksionisme-fenomenologis, yang baginya disebut sebagai berakhir pada imperalisme subjek. Oleh karenanya ia ingin mengakiri klaim-klaim keduanya dengan cara mempertemukan kedua aliran tersebut.
Agen/ Keagenan
Agen adalah ovrang-orang yang secara terus-menerus terlibat secara fisik maupun  sosial di dalam struktur mereka tinggal. Agar agen dapat ber-praktik sosial (aktor merasionalkan dunia mereka), diperlukan rasionalisasi dan motivasi. Rasionalisasi adalah perkembangan rutinitas dan rasa aman pada aktor, serta menjalankan hidup secara efisien, sedangkan motivasi adalah keinginan dan hasrat yang mengubah tindakan; hubungan dua itu menjadi daya tarik untuk bertindak, jika dilibatkan dalam tindakan.
Struktur
Struktur adalah praktik sosial yang terwujud berkat adanya aturan dan sumber daya, tidak ada di ruang dan waktu, hanya ada di dalam dan melalui aktivitas agen manusia. Interaksi antara agen dan struktur ini lah dinamakan dualitas struktur. Giddens menolak pola Durkheimian dalam melihat struktur sebagai sesuatu yang bersifat eksternal dan koersif (memaksa) bagi aktor, melainkan struktur memungkinkan agen melakukan hal-hal yang tidak akan struktur (mereka) lakukan[. Disini agen memungkinkan untuk memberontak struktur.
Time-Space
Ruang dan waktu adalah sebuah petunjuk untuk menentukan bagaimana suatu perilaku sosial terjadi. Ruang dan waktu merupakan unsur yang terkandung dan terkait langsung dalam berlangsungnya suatu tindakan sosial.
Strukturasi
Strukturasi adalah hubungan dialektis antara struktur dengan agensi; momen produksi tindakan juga merupakan salah satu reproduksi dalam konteks keputusan kehidupan sosial sehari-hari. Intinya, struktur dapat dikonstruksikan ulang melalui interaksi agensi di kehidupan sosial sehari-hari. Praktik Sosial adalah teori hubungan antara agensi dengan struktur. Agensi dan struktur terjalin erat dalam aktivitas atau praktik yang terus-menerus dijalankan manusia. Dengan kata lain, dualitas tersebut tetap dipertahankan. Ruang dan waktu adalah isu sentral tatanan sosial dalam sosiologi tergantung pada seberapa baik sistem sosial terintegrasi di sepanjang ruang dan waktu. Jadi, praktik sosial tergantung pada ruang dan waktu; praktik kedokteran, bersekolah dan kuliah.

STRUKTUR
SISTEM
STRUKTURASI
Aturan dan sumber daya
atau seperangkat relasi
transformasi, terorganisasi
sebagai kelengkapan- kelengkapan dari sistem-sistem sosial.
Relasi-relasi yang
direproduksi di antara para
aktor atau kolektivitas,
terorganisasi sebagai praktik-prtaktik sosial reguler.
Kondisi-kondisi yang
mengatur keterulangan
atau transformasi struktur-struktur, dan karenanya
reproduksi sistem-sistem
sosial itu sendiri.

Giddens tidak setuju dengan dualisme struktur dan pelaku, namun ia lebih menekankan apa yang ia sebut dengan dualitas. Atas fakta struktur dan pelaku bukanlah sesuatu yang saling menegasikan atau bertentangan, tapi keduanya saling mengandaikan. Dalam teorinya, Giddens membagi pemikirannya dalam 2 pokok pembahasan yaitu pelaku dan struktur sebagai bahasan pertama serta waktu dan ruang sebagai bahasan kedua.
Dalam teori strukturasi, si agen atau aktor memiliki tiga tingkatan kesadaran:
1)               Kesadaran diskursif (discursive consciousness). Yaitu, apa yang mampu dikatakan atau diberi ekspresi verbal oleh para aktor, tentang kondisi-kondisi sosial, khususnya tentang kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Kesadaran diskursif adalah suatu kemawasdirian (awareness) yang memiliki bentuk diskursif.
Jefri selalu rajin mengikuti pendalaman materi dari dosen supaya lulus ujian semester dan tidak di cap pemalas oleh temannya.
2)               Kesadaran praktis (practical consciousness). Yaitu, apa yang aktor ketahui (percayai) tentang kondisi-kondisi sosial, khususnya kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Namun hal itu tidak bisa diekspresikan si aktor secara diskursif. Bedanya dengan kasus ketidaksadaran (unsconscious) adalah, tidak ada tabir represi yang menutupi kesadaran praktis.
Motif instingtif, ketrampilan yang sering dilakukan dalam setiap rutinitas sehingga seringkali tidak dipertanyakan lagi. Saat mengendarai mobil anton tidak lagi berpikir seberapa kuat pedal gas dan kopling yang diinjak
3)               Motif atau kognisi tak sadar (unconscious motives/cognition). Motif lebih merujuk ke potensial bagi tindakan, ketimbang cara (mode) tindakan itu dilakukan oleh si agen. Motif hanya memiliki kaitan langsung dengan tindakan dalam situasi yang tidak biasa, yang menyimpang dari rutinitas. Sebagian besar dari tindakan-tindakan agen sehari-hari tidaklah secara langsung dilandaskan pada motivasi tertentu.

Ex: Misalnya adalah kegiatan kita kuliah adalah untuk memperoleh kelulusan, sedangkan kelulusan identik dengan wisuda, namun kehadiran kita pada wisuda bukanlah semata-mata kita ingin untuk meluluskan diri melainkan ada banyak hal yang ingin kita peroleh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar