Masalah sosial menurut Parrilo dalam
Soetomo (2010), mengandung empat komponen meliputi: (1) kondisi tersebut
merupakan masalah yang bertahan untuk suatu periode waktu tertentu; (2)
dirasakan dapat menyebakan berbagai kerugian fisik dan nonfisik baik pada
individu maupun masyarakat; (3) merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau
standar sosial dari salah satu atau beberapa sendi kehidupan masyarakat dan (4)
menimbulkan kebutuhan pemecahan. Sementara Soetomo (2010) menyatakan bahwa
dalam realitas kehidupan sosial, pernyataan sebagai masalah sosial tidak selalu
bersifat eksplisit tetapi dapat pula
secara simbolik. Suatu kondisi yang mendapat reaksi penolakan oleh masyarakat
dapat diinterpretasikan sebagai simbol pernyataan masyarakat bahwa kondisi
tersebut merupakan masalah sosial. Dengan kata lain, kondisi tersebut
menimbulkan kebutuhan akan perubahan, perbaikan dan pemecahan.
Dalam pencermatan mengenai masalah
sosial dapat dilihat dari beragam perspektif yang
menawarkan unit analisis sekaligus agenda soslusi atas masalah sosial yang ada.
Ragam perspektif tersebut mangacu pada tiga perspektif utama yiatu:
1. Teori
Fungsional Struktural
Teori ini memiliki asumsi dasar dimana setiap
elemen dalam struktur sosial memiliki peran dan fungsi yang saling melengkapi. Jika
salah satu prean tidak dapat menjalankan fungsinya maka terjadi masalah dalam
struktur. Teori ini kemudia
diderivasi menjadi tiga perspektif yaitu, patologi sosial, disorganisasi sosial
dan perilaku menyimpang.
2. Teori
Konlfik
Berdasarkan
teori konflik dengan asumsi dasarnya adalah distribusi wewenang dan kekuasaan
secara tidak merata menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematik. Teori ini diderivasi
menjadi konflik nilai dan Insitusional.
3. Teori
Interaksionisme Simbolik
Perspektif
ini melihat bagaimana manusia mampu menggunakan dan menciptakan simbol dalam
berinteraksi membangun kehidupan sosialnya. Masalah sosial dalam perspektif ini
tergantung dari persepsi dan bagaimana masyarakat memaknainya. Setiap
masyarakat manusia dan masyarakat memiliki standarnya masing-masing untuk
menentukan masalah. Teori ini memunculkan perspektif labeling dan perilaku
sosiopathik.
Tabel Ragam Perspektif
Masalah Sosial
Perspektif berdasarkan Teori Fungsional
Struktural
|
Perspektif berdasarkan Teori Konflik
|
Perspektif berdasarkan Teori Interaksioneisme
Simbolik
|
|
Derivasi Perspektif atau Teori
|
Patologi
Sosial (PS)
|
Konflik
Nilai (KN)
|
Labeling
(LB)
|
Disorganisasi
Sosial (DS)
|
Institusional
(Ins)
|
Perilaku
Sosiopathik (Pso)
|
|
Perilaku
Menyimpang (PM)
|
|||
Asumsi Dasar
|
PS: Analogi sistem sosial (human society) dengan sistem organisme
biologis (human body).
Masalah sosial terjadi bila individu
atau institusi sosial tidak berhasil mengatur dan menyesuaikan dengan
kecepatan perubahan yang terjadi maka akan berkembang keadaan patologis.
|
KN: Adanya dua kelompok ataulebih
dengan nilai yang berbeda saling bertemu dan berkompetisi.
Masalah sosial timbul bila yang kuat
justru menggunakan kekuatannya unutk memebela kepentingannya.
|
LB: Masalah sosial adalah bersifat
subyektif yaitu persoalan mengapa dan dalam kondisi bagaimana tindakan atau
situasi tertentu didefinisikan sebagai masalah sosial. Dengan kata lain
tergantung dari interpretasi masyarakat tertentu atau bagaimana masyarakat
memberi makna terhadap situasi tersebut.
|
DS: Sistem sosial sebagai struktur
dan fungsi yang mengandung seperangkat norma dan aturan.
Masalah sosial terjadi bila terdapat
kondisi kurang atau tidak berfungsinya social
rules sehingga berkurangnya ikatan dan kontrol terhadap Perilaku Individu.
|
Ins: Masalah sosial merupakan salah
satu bentuk kondisi sosial.
Pertama, masyarakat yang menimbulkan
suatu kondisi yang menyebabkan kerugian fisik dan mental dalam kehidupan
sosial. Kedua, tindakan dan kondisi yang melanggar norma dan nilai masyarakat.
Tipe pendekatannya berupa; (1) person blame approach yaitu mencari
faktor penyebab masalah sosial dari cacat individu (fisik & kultural);
(2) system blame approach yaitu
penyebab masalah sosial pada struktur dan institusi sosial.
|
Pso: Identifikasi adanya masalah
sosial dilihat dari reaksi masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat sendiri
yang menentukan adalanya masalah sosial. Masyarakat tertentu akan menganggap
tindakan tertentu sebagai masalah sedangkan dalam masyarakat lain tidak.
|
|
PM: Model penyimpangan perilaku
terhadap berbagai aturan sosial ataupun nilai dan norma sosial yang berlaku.
Sifat penyimpangan dapat berupa penyimpangan murni yaitu perilaku tidak
menaati aturan yang dianggap sama oleh pihak lain. Sebaliknya, tipe
penyimpangan terselubung adalah bilai seseorang melakukan tindakan menyimpang
tetapi tidak ada yang bereaksi atau melihatnya sehingga dianggap oleh
masyarakat tidak ada masalah
|
|||
Instrumen Pemecahan Masalah Sosial
|
PS: Medical Model yaitu
mengobati masyarakat yang sakit berupa penanganan dan pencegahan dengan
resosialisasi terhadap nilai dan aturan sosial.
|
KN: (1) katup penyelamat (safety valve) yaitu mekanisme khusus yang dapat dipakai
untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial; (2) simbiose
mutualistik berupa mengusahakan suasana/iklim yang sedemikian rupa agar
kelompok potensial yang terlibat dapat saling mengambil keuntungan; (3) nilai
koordinatif berupa nilai inti yang mampu mengordinasikan setipa nilai yang ada
dalam masyarakat; (4) mendorong terbentuknya asosiasi dan kelompok baru yang
ebrsifat inklusif dengan keanggotaan terbuka dari berbagai latar belakang
sosial berbeda; (5) transformasi struktural berupa struktur sosial sosial
baru yang diperhitungkan dapat menghilangkan perbedaan posisi dan menyebabkan
konflik nilai dan konflik kepentingan.
|
LB: Redefinisi dari tindakan dan
situasi yang dianggap sebagai masalah sosial. Hal ini dapat berupa intervensi
dari laur pada individu untuk mengubah interpretasinya. Selain itu dapat
melalui institusi kontrol dormal maupun informal.
|
DS: Model pengukuran yaitu
identifikasi gejala dan kadar masalah disorganisasi sosial yang salah satunya
dengan nilai sosial. Selain itu dengan menggunakan indeks dari masalah sosial
|
Ins: Mendorong terbentuknya
masyarakat dengan struktur baru atau reorganisasi yang lebih memberikan
jaminan atas pemerataan penguasaan power,
recources dan pemanfaatan kesempatan dan peluang.
|
Pso: Reorganisasi dapat berupa
kemungkinan mengadopsi peranan lain yang normal dan dapat diterima oleh
masyarakat. Reaksi masyarakat akan ditentukan oleh taraf visibilita
sosialnya. Selain itu, masyarakat memberi makna terhadap situasi ditentukan
oleh bagaimana situasi itu menampakkan diri sesuai interpretasi masyarakat.
|
|
PM: Proses resosialisasi devian
berupa peningkatan kontak dengan lingkungan sosial yang cenderung bersifat conformity terhadap nilai dan norma
sosial. Usah lainnya dengan membuat sistem sosial mampu memberikan kesempatan
yang lebih terbuka agar pencapaian tujuan setiap warga sesuai norma lebih
mudah terjangkau.
|
Sumber :Soetomo, 2010, diolah oleh
Dewi Cahyani
Meskipun ketiga perspektif memiliki lingkup berbeda dalam
melihat masalah sosial, hubungan antar perspektif menjadi penting, yaitu
sebagai upaya obyektif untuk memahami
aspek dan dimensi masalah sosial selain dilihat dari bentuk perilaku anggota masyarakat
juga perlu memahami latar belaknag struktur sosialnya.
Video penjelasan
Sumber
Soetomo. 2010. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.Yogyakarta:
Graha Ilmu
Supraja, M, dkk. 2013. Alienasi, Fenomenologi, dan Pembebasa Individu.
Yogyakarta: LOGIS-UGM:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar