-->

Kamis, 01 Mei 2014

Proses Sosialisasi (Pendidikan)

 Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si.
(Resume)

         Proses sosialisasi merupakan objek penelitian yang penting bagi sosiologi pendidikan. Kita mengenal konsep adaptasi dari teori evolusi Darwin. Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dari teori tersebut, terutama yang berhubungan dengan sosiologi pendidikan, yaitu adaptasi, Adjusment, dan penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri dapat berhasil atau gagal. Kriteria untuk mengukurkeberhasilan atau kegagalan dapat diketahui dari kepuasaan fisik, orang yang berhasil menyesuaikan diri akan terlihat pada fisiknya yang sehat, ceria dan semnagat. Menurut J. Piaget, proses penyesuaian diri ada dua pola:
a.       Individu mengubah diri untuk menyesuaiakan dengan lingkungan, yang disebut akomodasi
b.      Individu mengubah lingkungan untuk disesuaikan dengan dirinya yang disebuta asimilasi.
A.    Sosioalisasi Membentuk Kepribadian
Setiap orang tua sejalan dengan sistem kehidupan kemasyarakatannya mencita-citakantipe ideal tertentu terhadap anak-anaknya. Orang tua berharap agar anak-anakny nanti menjadi orang baik-baik. Harapan seperti ini mengkin telah digambarkan semenjak anak dalam kandungan ibu. Kepribadian merupakan hasil proses perkembangan anak dalam interaksi dengan sekitarnya, terutam kitaran sosial.
Sosialisasi menunjukan proses perkembangan kepribadian seseorang. Problem pembentukan kepribadian pada akhirnaya adalah terletak pada membina warga masyrakatnya secara serasi dalam kehidupan dewasa. Seseorang dapat saja memakai atau berbuat apa saja yang diinginkanya dan dikehendakinya, namun ternyata masyarakat memberikan ketentuan-ketentuan lain seperti ketentuan makanan apa saja yang harus dimakan. Proses menanamkan pola-pola tingkah laku disebut sosialisasi. Dalam hubungannya dengan proses sosialisasi Margaret Mead (1937) menunjukan dua hal:
1. Kesadaran akan peranan penting dalam pemindahan kebudayaanya, sebagai mekanisme perpindahan budaya.
2.      Efek sosialisasi dan kepribadian, sosialisasi kepribadian dengan ciri-ciri kebudayaan tertentu pada kelompok tertentu.

B.     Hakikat Sosialisasi
1.      Arti Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah proses seorang mempelajari cara hidup masyrakatnya dan menjadikan cara hidup itu menjadi bagain dari kepribadianya. Bnyak para ahli yang memberikan dfinisi tentang sosialisasi.
a.       Paul B. Horton dan Chester L Hunt, menyatakan:
Sosialisasi sebagai suatu proses, dengan proses itu seseorang menyerap internalitas norma-norma kelompoknya, dengan demikian timbul self yang berbeda, terdapat keunikan pada orang tersebut.
b.      Kingsley Davis
Sosialisasi sebagai suatu proses pembentukan diri individu menjadi sosial. Pembentukan ini untuk menyiapkan suatu generasi penerus eksistensi masyrakat, eksistensi kebudayaan, membentuk pribadi.
c.       Leslie G.R
Sosialisasi mencakup seluruh proses mempelajari nilai-nila, sikap-sikap, pengetahuan, berbagai ketrampilan dan berbagai teknik yang dimiliki masyarakat. Hal ini menyangkut mempelajari kebudayaan dan bagian pentingnya yaitu sistem normatif, termasuk intitusi-institusi sosial yang utama. Sosialisasi membina potensi biologis anak kedalam pola yang berfungsi yang kita sebut kepribadian.
d.      Berstein B
Sosialisasi menunjukan pada proses dengan mana sesuatu yang biologis ditransformasikan ke dalam suatu badan kebudayaan tertentu.
     Sosialisasi mempunyai arti dalam pembinaan kepribadian agar seorang dapat hidup konform dengan tuntutan kelompok dan kebudayaannya. Proses ini berlangsung melalui komunikasi aktif individu dengan lingkungan sosial budayanya.
2.      Tujuan Sosialisasi
Proses pembentukan kepribadian melalui sosialisasi ini mempunyai arah menuju tujuan. Sosialisasi menyangkut kepentingan individu, kelompok masyrakat dan kebudayaan tertentu. Melalui sosialisasi inilah masyrakat berkembang. Tujuan sosialisasi yang dikemukakan oleh Gertrude Jeager Selznik sebagai berikut.
a.       Sosialisasi berusaha menanamkan disiplin dasar, yang bergerak dari kebiasan yang sederhana sampai ilmu pengetahuan.
b.      Sosialisasi berusaha menanamkan, mengajarkan aspirasi-aspirasi bagaimana halnya pengajaran displin-disiplin tertentu.
c.       Sosialisasi berusaha mengajarkan berbagai peranan sosial.
d.      Sosialisasi berusaha mengajarkan ketrampilan-ketrampilan.
Memperhatikan tujuan-tujuan sosialisasi di atas, ternyata bproses sosialisasi itu bukan sekedar dibatasi pada penanaman norma-norma pada seseorang, melainkan lebih luas lagi. Untuk itu sering juga sosialisasi ini dala arti yang luas diidentikan dengan pendidikan.
3.      Proses sosialisasi
Sosialisasi adalah sebagai suatu proses, membina masyrakat yang berpribadi. Tujuan dari sosialisasi itu ternyata tidak dapat dicapai dalam suatu aksi. Mencapai kebiasaan, tingkah laku yang kompleks seirama dengan peraturan yang ada, ketrsampilan, aspirasi memerlukan waktu, memerlukan proses.
Sosilisasi diperoleh melalui kontak dengan lingkungan sosialnya, kontak dengan orang lain di masyrakat. Sosialisasi berkembang dari lingkungan yang terbatas dalam keluarga, makin lama makin meluas meliputi lingkungan-lingkungan sosial budaya diluar keluarga. Individu itu melalui kontak dengan sekitarnya, terutama keluarganya, ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya mulai mengenal dan menemukan aku (self).
Proses penemuan aku melalui penilain orang lain terhadap dirinya disebut looking-glass self. Tiga tahap penemuan self dengan looking glass yaitu:
a.       Seseorang terhadap bagaimana penglihatan orang itu kepada orang lain.
b.      Persepsi orang tersebut terhadap penilaian orang lain kepada dirinya, pengertian, kesan orang lain terhadap dirinya.
c.       Perasaan orang tentang penilaian orang kepadanya.
Untuk penemuan self Broom dan Selznick mengemukakan proses pertumbuhan self  melalui sosialisasio meliputi tiga proses.
a.       Sosialisasi itu menyusun banyangan diri
b.      Sosialisasi membentuk aku ideal.
c.       Sosialisasi ituy membentuk aku dalam ego, yakni aku yang dapat meyertai dirinya dalam aku yang merdeka.
Proses sosialisasi hanya dapat terjadi dalam interaksi sosial, oleh sebab itu kontak sosial dengan individu lain sangat dibutuhkan individu maupun kelompok. Keterkaitan antar individu dengan masyrakat dalam proses sosialisasi menjadi perhatian Erikson (1968). Keterkaitan antar individu dengan masyrakat sebagai suatu yang bersifat kooperatif daripada pertentangan. Masyarakat mempunyai tanggung jawab mensosialisasikan pada anggotanya dengan memberi tiap anggota kesempatan yang terbaik untuk pertumbuhan pribadi. Delapan tahap yang dikemukakan Erikson, kepercayaan, Otonomi, Inisiatif, Industri, Keakraban, identitas, Generativitas dan integritas.
Gagalnya proses sosialisasi di tempat tertentu sebenarnya dapat dapat diartikan oleh proses ditempat yang lain, asal saja terdapat lingkungan yang kondusif dan individu diberi kesempatan mengajak dan memperbaiki ketinggalan atau kegagalan dalam sosialisasi di masa lalu.
Proses sosialisasi berlangsung dalam kelompok sosial. Di antaranya yang penting adalah keluarga, kelompok sebaya, sekolah, kumpulan pemuda, kelompok kegamaan, organisasi dan lain sebagainya.
4.      Metode Sosialisasi
Metode yang bisa digunakan orang dewasa/ masyarakat untuk mempengaruhi proses sosialisasi, agar kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma,aspirasi dan moral dapatterinternalisasi dalamdiri individu dan menjadi bagian dari tingkah laku mereka sehari-hari, amak diterapkan berbagai cara, antara lain sebagai berikut.
a.       Metode ganjaran dan hukuman.
Ganjaran merupakan pemberian hadiah bila individu berhasil dalam melakukan tingkah laku yang diharapkan atau yang diwajibkan pada dirinya.
Hukuman merupakan pemberian sanksi ketika individu membuat kesalahan, kekeliruan ataupun penolakan. Hukuman dapat beruap fisik, cubitan pukalan. Namun pada pendidikan yang humanis tidak dianjurkan bahkan harus dijauhi.
b.      Metode Didactic Teaching atau belajar mengajar, terutama untuk mengajarkan, hal ini umum dilakukan di sekolah. Untuk mentransfer ilmu pengetahuan siswa diajarjakan berbagai ilmu di sekolah.
c.       Metode pemberian contoh atau keteladanan. Biasanya ini diberikan dari yang dewasa kepada yang belum dewasa. Pada masa anak dimulai dengan proses imitasi, dan kemudian meningkat pada proses mengerti.
Proses dengan metode di atas dilakukan dalam rangka belajar nilai-nilai, norma-norma, bercita-cita, memiliki ideologi sehinga memiliki pola-pola tingkah laku yang sesuai dengan harapan masyrakat.
Sumber
Farida, Hamun. 2011 .Sosiolopgi Pendidikan. Yogyakarta: Kawan Publisher: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar